nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi langkah Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU) yang tengah menyusun desain kurikulum pendidikan pra nikah. Apalagi, selain kurikulum, LKK NU juga aktif dalam pendidikan pra nikah. 

Apresiasi ini disampaikan Menag saat menjadi pembicara pada Halaqah Keluarga Maslahan yang digelar LKK NU di Jakarta.  

“Keluarga adalah inti terkecil yang sangat vital di tengah-tengah masyarakat. Inilah yang harus menjadi fokus bagaimana membina hingga harapannya masyarakat bisa terbangun, kemudian bangsa ini secara keseluruhan juga memiliki ketahanan di sektor kehidupan,” kata Menag di Jakarta, Jumat (27/04). 

Menurut Menag, langkah LKK NU sejalan dengan kebijakan Kementerian Agama. Sejak beberapa tahun terakhir, Kementerian Agama secara serius menggarap pendidikan pra nikah atau bimbingan perkawinan agar bisa dilakukan secara lebih baik. Melalui bimbingan perkawinan yang baik, pasangan muda yang akan menikah diharapkan mendapat pengembangan wawasan terkait hal ikhwal keluarga. 

Menag melihat, banyak pasangan muda yang memasuki jenjang pernikahan tanpa bekal pengetahun tentang konsep keluarga, mulai dari relasi hubungan suami istri, orang tua dan anak, dan lainnya. Akibatnya, angka kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian di Indonesia terus meningkat. 

“Berdasarkan penelitian Litbang Kementerian Agama, sejak dua tahun lalu, dijumpai angka kekerasan dalam rumah tangga semakin meningkat. Bahkan, angka perceraian juga terus meningkat. Ini salah satunya karena kurangnya perhatian kita dalam mempersiapkan generasi muda ketika ingin memasuki jenjang pernikahan,” tuturnya. 

“Begitu minimnya bimbingan perkawinan dan pendidikan pranikah. Bahkan nyaris belum ada proses yang terstruktur, sistematis, dan terencana dengan baik yang menjadi bekal mereka,” lanjutnya. Fenomena itu mendorong Kemenag untuk lebih fokus dalam penguatan bimbingan perkawinan terhadap pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. 

Ketua LKK NU Ida Fauziah mengatakan, PBNU merasa bertanggungjawab untuk membuat konsep keluarga maslahah sebagaimana yang yang sudah berkembang di keluarga NU. Ida berharap konsep yang sedang dibuat nantinya bisa menjadi bagian dari disain pendidikan keluarga yang sedang dikembangkan Kementerian Agama.  

“Membangun ketahanan keluaraga tentu saja dimulai dari konsepnya. Membangun keluarga tidak cukup dengan Sakinah, Mawadah, Warahmah tapi juga dibutuhkan keluarga yang memberikan nasehat kebaikan bagi keluarganya, lingkungannya, dan alamnya,” tutur Ida. 

Hadir pada acara tersebut, Sinta Nuriah Abdurahman Wahid, Rais Syuriah PBNU KH. Ahmad Ishomuddin, dan Dirjen Bimas Islam, Muhammadiyah Amin. (p/ab)